Senin, 27 Februari 2012

Aura Kasih

Aura Kasih mengawali karir sebagai finalis Miss Indonesia 2007 mewakili Provinsi Lampung. Album perdananya adalah Malaikat Penggoda yang dirilis pada tahun 2008 dengan singel Mari Bercinta


Astrid


Dara cantik kelahiran 27 Januari 1982 ini bernama lengkap Astrid Sartiasari. Dia menghabiskan masa sekolah di Surabaya. Sejak masa sekolah di Surabaya, Astrid banyak menyabet penghargaan di dunia tarik suara. Salah satunya adalah Best Vocal Festival Band SMA se-Surabaya. Astrid sempat bergabung dengan sebuah band, namun akhirnya bubar. Astrid kemudian tampil secara reguler di Colors CafĂ© Surabaya. Sampai pihak managemen Colors menawarkan demo suara Astrid ke Sony Music.
Sony Music yang tertarik dengan keunikan karakter vokalnya mengajak Astrid untuk mengisi mengisi sebuah album soundtrack film “Tusuk Jelangkung” lewat lagu berjudul “Ratu Cahaya” pada tahun 2003. Astrid juga diajak untuk bergabung dalam album kompilasi bertajuk “A Portrait of Yovie” dengan membawakan single anyar karya Yovie berjudul “Tak 100%”. Ia juga mengisi soundtrack film berjudul “Vina Bilang Cinta” lewat lagu re-cycle “Di Dadaku Ada Kamu” dan “Cinta”.
Akhir tahun 2005 Astrid merilis sebuah album self-titled dengan warna yang sangat berbeda, dark-pop. Single unggulan album ini, “Cinta Itu”, terasa sekali kesan ‘gelap’ dengan bunyi sound minimal. Lagu “Cinta Itu” menjadi theme-song film “Mirror” bersama 3 lagunya yang lain, yaitu “Cahaya Cinta”, “Perpisahan” dan duet dengan Andi /rif dalam lagu berjudul “Ku Mau Kamu Selamanya”.
Tahun 2006, Astrid berkolaborasi dengan grup band Saint Loco dalam lagu “Kedamaian” yang hadir dalam album Vision For Transition. Bulan Februari 2007, Astrid kembali merilis repackage dari debut album Astrid dengan menampilkan hit-single “Jadikan Aku Yang Kedua”. Lagu yang menjadi juara di ajang kompetisi CILAPOP 2006 ini merupakan lagu buah karya M. Novi Umar. Lagu berirama centil dan sedikit childish ini diaransemen oleh tangan dingin Bongky dan Hatim. Di tahun yang sama, Astrid kembali mengisi soundtrack lagu re-cycle dari film re-make Badai Pasti Berlalu. Ia membawakan lagu yang dipopulerkan Chrisye yang berjudul “Merpati Putih”.

Ari Lasso


Sejak SD ia sudah mengenal komposisi Queen, Rod Stewart, The Police, Rolling Stones, dan John Denver. Berawal waktu di SMA 2 Surabaya, bersama Wawan Juniarso, dramer Dewa pertama dan Piyu (gitaris PADI) membentuk Outsider Band.Kemudian ia direkrut Los Angels Band, cikal bakal Boomerang.

Dengan bandnya ini ia mulai mengenal personel Down Beat yang terdiri atas Dhani, Erwin, dan Andra. Merasa cocok dengan mereka Ari mulai berteman dan ngeband bareng. Tak lama Down Beat yang beraliran jazz memutuskan untuk menghidupkan kembali Dewa dan ngerock lagi. Dhani pun memanggil Wawan kembali dan kali ini nama Dewa berubah menjadi Dewa 19. Melalui perjuangan yang panjang akhirnya Dewa 19 berhasil masuk dapur rekaman dan berhasil mengantongi penghargaan sebagai 'Pendatang Baru Terbaik' dan 'Album Terlaris' versi BASF Award 1993 lewat hit Kangen.

Ia mulai banyak melakukan show di berbagai daerah, sehingga kegiatan sekolahnya hampir terbengkalai dan memperoleh ranking terakhir. Tapi ia masih bisa diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya. Makin hari nama Dewa 19 makin populer dan digandrungi banyak anak muda. Hampir setiap album yang dikeluarkan berhasil terjual ratusan ribu kopi, terutama album Pandawa Lima. Namun sayangnya konflik yang kerap hinggap makin menjadi sejak album ini dirilis. Apalagi sejak album ketiga Ari mulai 'bersahabat' dengan drug. Dhani tak bisa lagi mentolerir kebiasaan Ari ini, sebab 'kegiatan' Ari itu menghambat pembuatan album Bintang Lima.

Persoalan-persoalan pun kembali muncul, mulai dari dipecatnya Wong Aksan, dikeluarkannya Erwin sampai posisi Ari digantikan oleh Once.Di tengah kemelut itu album The Best of Dewa 19 yang dirilis di penghujung tahun 1999. Dan sukses. Lewat dua single Elang dan Persembahan Dari Surga Dewa 19 kembali berkibar, meski tanpa sepotong promosi apapun. Melihat kenyataan itu pihak label lantas mengeluarkan pernyataan bahwa Dewa 19 tidak bubar hanya divakumkan sementara tanpa batas waktu.

Sementara itu Dhani mulai mengibarkan 'New' Dewa dengan vokalis Once dan telah menyelesaikan album Bintang Lima. Ari juga ikut menjadi backing vokal untuk lagu Roman Picisan dalam album Bintang Lima.

Setelah agak lama menghilang dari peredaran, akhirnya Ari muncul kembali di Blantika musik Indonesia dengan , tampil duet bersama Melly Goeslaw untuk mendendangkan lagu "Jika" yang terdapat dalam album solo Melly. Lagu ini berhasil menduduki peringkat pertama hampir diseluruh tangga-tangga lagu di Indonesia. Meninjau duetnya dengan Melly terbukti Ari bisa eksis tanpa Dewa. Bukan tidak mungkin kesuksesan itu akan terulang pada album solonya.

Setelah akhirnya dirinya resmi keluar dari Dewa, Ari mulai berkonsentrasi untuk menggarap solo Album yang telah dia persiapkan sejak tahun 1997. Namun ada sedikit permasalahan antara Ari dan produser hingga pengedaran album tersebut tersendat-sendat. Setelah melalui proses yang panjang akhirnya pada tanggal 8 Agustus 2001 Ari menggebrak penggemarnya dengan album solonya yang berjudul ungkapan perasaannya, yaitu album yang diberinya title "Sendiri Dulu". Di album pertamanya itu Ari giat menekuni pembuatan video klip perdana untuk lagu Misteri Ilahi. Tentu saja klip ini akan menjadi bagian dari kembalinya Ari ke blantika musik Indonesia setelah sekian lama menghilang. Hebatnya dalam penjualan album itu, dalam waktu dua minggu sudah mencapai angka 100 ribu kopi. Dan selama hampir 6 Bulan Album "Sendiri Dulu" berhasil menerobos ke angka penjualan 500 Ribu kopi. Tentu saja angka tersebut sangat fantastis bagi seorang penyanyi solo. Hal ini semakin menguatkan Ari untuk menjejakkan langkahnya sebagai penyanyi solo dan berhasil lepas dari bayang-bayang Dewa.
Bersama album ini Ari membawa obsesinya untuk menjadi penyanyi yang baik, profesional, dan legendaris. ''Terus terang di album ini aku dan Aquarius jualan suaraku. Soalnya musik dan lagunya nggak terlalu rumit,'' katanya. Di album ini ia dibantu oleh Bebi Romeo, Erwin Dewa, Andra, Bimo, Bongky, Anto Hoed, Denny Chasmala, Andi Rianto, dll.

BERBEKAL kesuksesan yang diraih dalam album solo pertamanya, Ari Lasso kembali mengeluarkan Album keduanya yang diberi judul "Keseimbangan" pada tanggal 15 Februari 2003. Sementara tema yang diangkat oleh Ari masih seputar masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan Cinta. Namun Ari ingin memberikan sedikit perbedaan dalam album "Keseimbangan" ini. Jika album pertamanya menyuguhkan nuansa pop, kali ini di album keduanya nuansa yang diberikan bukan sekadar nuansa pop, tapi nuansa Rock juga terasa di album ini. Agar lebih inovatif dan tidak terlalu ringan. Biar pendengar juga mendapat sebuah nuansa baru dari karakter vokalnya yang khas itu. Ari juga berhasil menggandeng musisi-musisi hebat seperti Ahmad Dhani, Piyu (Padi), Andra (Dewa), Bebi Romeo, Ricky FM, Marshal (Dr. PM) dll, untuk membantunya dalam Album ini. Album kedua ini juga laku keras dipasaran. Dengan single pertamanya "Rahasia Perempuan" dalam beberapa minggu saja sudah meraih angka penjualan ratusan ribu keping, Hal tersebut semakin menguatkan jalan Ari Lasso untuk menjadi seorang penyanyi solo yang terbaik di negeri in

Anggun c sasmi

Dia dengan tepat memilih judul album terbarunya, satu kata yang menggambarkan posisinya kini sebagai artis: Elevation. Dia, Anggun (dulu orang mengenalnya sebagai Anggun C. Sasmi), memang telah mencapai titik yang letaknya lebih tinggi ketimbang yang sudah-sudah. Dan dia masih berpeluang untuk setiap saat mengambil titik itu sebagai posisi baru demi mengawali hal lain yang lebih maju--sesuatu yang telah dilakukannya beberapa kali sejak meninggalkan Indonesia sekitar 15 tahun lalu.

Coba simak album yang dirilis tahun lalu itu, yang di Jakarta masih bisa dijumpai berada di antara album-album lain yang lebih mutakhir di rak-rak toko. Lagu pembuka edisi Prancis yang berjudul J’ignorais tout, misalnya, bukan saja mengeset suasana album secara keseluruhan, tapi sekaligus juga menunjukkan bagaimana dia melompat ke wilayah musik yang berbeda sama sekali dengan apa yang sudah dia eksplorasi sebelumnya.

Berdurasi 4,25 menit, diawali bebunyian mirip bel dalam pola ostinato dan disusul keyboard yang meletakkan fondasi progresi akor, juga mood, lagu ini kental bermuatan beat yang segera mengesankan satu hal: bahwa Anggun kini sepenuhnya masuk ke wilayah R&B dan urban music--dengan elemen hip hop yang tersebar di sana-sini. Dia menyebut wilayah itu sebagai “dunia yang belum pernah saya jelajah”.

Elemen R&B dan urban, aliran musik yang identik dengan warga Afro-Amerika, sungguh mendominasi album yang diedarkan dalam tiga edisi--Prancis, Inggris, serta Indonesia dan Malaysia--itu. Anggun mengaku terilhami oleh Nelly Furtado, penyanyi/penulis lagu berdarah Portugal dari Kanada, yang dalam album terakhirnya (Loose) berhasil memadukan kekuatan dirinya sebagai penyanyi pop dengan keunggulan produser hip hop (Timbaland). Anggun tahu persis hal ini. Itu sebabnya, untuk album terbarunya, agar bisa menjelajahi wilayah yang juga baru, dia menggandeng Tefa dan Masta, dua produser hip hop di Prancis.

Walau demikian, perempuan 35 tahun yang kini berstatus ibu seorang anak itu menyatakan tak berniat menjadi semacam Nelly Furtado, atau beralih menjadi penyanyi R&B. Dia berpendirian, mencoba musik baru adalah tantangan. Dan keinginan untuk menjawab tantangan itu, katanya saat berada di Surabaya untuk tampil dalam salah satu rangkaian konsernya pada Agustus lalu, “Seolah terus menggelitik saya.”

Baginya, Elevation merupakan karya yang benar-benar baru sejak penggarapan di studio. Berbeda dengan album-album sebelumnya, dia masuk studio tanpa musisi--tak ada pianis, atau gitaris, untuk menulis lagu. “Kala itu,” katanya, “yang ada hanya satu unit komputer.” Komputer itu yang menyajikan aneka sampel, rekaman bebunyian yang bisa dimanipulasi dan digunakan sebagai instrumen atau rekaman bebunyian yang berbeda dalam suatu lagu.

Cara bekerja di studio yang seperti itu biasa disebut menulis lagu di “ruang dengan bebunyian yang dingin”. Kata “dingin” menunjuk pada kenyataan bahwa bebunyian instrumen dihasilkan bukan langsung dari instrumen.

Menurut Anggun, Tefa dan Masta pandai memancing suasana hati. Dengan itulah dia bisa menggali gagasan, memetik nada atau mereka-reka komposisi hanya dari contoh bebunyian dan atmosfer. Bersama mereka, dia tak berhenti di situ, melainkan juga memikirkan warna dan irama, serta berusaha mengisi ruang-ruang yang ada dalam komposisi dengan nada-nada yang memikat. “Inti dari semua itu adalah mengubah kebiasaan lama dan membuang sejumlah hal yang biasanya bersifat otomatis,” katanya.

Album Elevation boleh dibilang sebuah karya yang terpoles rapi, dengan materi yang ringan masuk ke telinga, dan beat-nya tak tertahankan. RFI Musique menyebutnya sebagai “eklektik... berada di antara atmosfer chanson dan urban”. Tapi, tentu saja, R&B dan urban bakal tak mudah diterima oleh mereka yang tak biasa, yang bisa saja merasa seperti mendengar... Mariah Carey, misalnya. Atau mereka yang mengenal Anggun pada periode setelah meninggalkan Indonesia, terutama dari Snow on the Sahara (1998) dan Chrysalis (2000).

***

Ketika baru memulai karier internasionalnya Anggun memang sangat dibantu oleh apa yang dia lakukan dalam dua album yang diproduseri Erick Benzi itu. Terutama dengan Snow on the Sahara, Anggun membubuhkan ke dalam lanskap penyanyi/penulis lagu perempuan elemen world music, yang boleh dibilang langka. Dengan Snow on the Sahara, hitnya yang sejudul dengan albumnya, dia mengukuhkan diri sebagai artis Asia pertama yang berhasil menembus Billboard Charts di Amerika Serikat dan artis Asia terlaris di luar Asia. Album Snow on the Sahara terjual lebih dari sejuta kopi di seluruh dunia.

Anggun bertemu dengan Benzi saat baru mulai tinggal di Paris, setelah meninggalkan London, Inggris, pada 1996--kota yang menjadi tujuannya begitu meninggalkan Indonesia dua tahun sebelumnya. Dia merasa Inggris bukan tempat yang tepat untuk memulai karier internasionalnya. Benzi adalah produser/penulis lagu yang antara lain pernah bekerja dengan Celine Dion. Berkat Benzi, yang terkesan akan kemampuannya dan lalu sepakat membantunya rekaman, Anggun bisa bergabung dengan Sony Music dan Columbia.

Pada Juni 1997, Anggun merilis album pertamanya dalam bahasa Prancis. Berjudul Au nom de la lune, album itu merupakan hasil eksperimen meleburkan elemen world music dengan pop, dengan elemen-elemen bebunyian romantis dan sensual. Ini berbeda dengan trademark Anggun ketika masih di Indonesia--seorang lady rocker dan tomboi. Benzi memang produser berkelas. Formulanya ternyata berhasil. Lagu La neige au Sahara melesat sebagai hit di Prancis dan Belgia; di Prancis lagu ini bahkan menjadi single yang paling kerap diputar di radio.

Album debut itulah yang lalu direkam ulang dalam bahasa Inggris dan dirilis menjadi Snow on the Sahara pada akhir 1997. Pemasarannya ke 33 negara dilakukan pada 1998. Dan seperti pada album aslinya, La neige au Sahara, yang diterjemahkan menjadi Snow on the Sahara, seketika menjadi hit di Asia dan Eropa; lagu yang sudah menjadi ciri khas Anggun ini masuk daftar 20 lagu paling sering diputar di negara-negara di mana album Snow on the Sahara dirilis.

Stephen Thomas Erlewine, yang menulis di Allmusic, menyebut Snow on the Sahara sebagai “album debut yang menjanjikan”, karena “dia (Anggun) memperlihatkan bakat yang kukuh”. Anggun, menurut dia, menunjukkan diri benar-benar bisa menyanyi dalam aneka gaya, mau balada, pop Latin, pop dansa, apa saja.

Selain beat etnis pada nomor Snow on the Sahara, elemen eksotis lain yang mengisi album itu adalah Oriental (lagu Over Their Walls), Bali (Selamanya), dan Timur Tengah (Dream of Me). Anggun bahkan menyisipkan lirik dalam bahasa Indonesia di beberapa lagu (misalnya On the Breath of an Angel). Memang mengejutkan bila tak banyak kritikus yang membahasnya, atau, kalaupun kebetulan masuk ke dalam radar mereka, apresiasinya cenderung underrated. Di kalangan penggemar Anggun, tak ada yang ragu menyebut Snow on the Sahara sebagai salah satu album luar biasa yang pernah dibuat.

***

Dengan formula yang berbeda, Anggun merilis Chrysalis pada 2000. Masih berkolaborasi dengan Benzi, album ini merupakan etalase dari ikhtiar untuk mencoba wilayah baru: di sini Anggun dan Benzi bereksperimen dengan pop elektronik, elemen-elemen ambient, juga R&B. Anggun ikut menulis sebagian besar lagu yang ada.

Melalui Chrysalis, dengan hit Still Reminds Me, Anggun kembali meraih sukses, walau tak sefenomenal Snow on the Sahara. Tapi, seperti sebelumnya pula, dia memilih meninggalkan formula yang sama untuk album berikutnya. Dia bahkan melepas Benzi dan memilih bekerja sama dengan beberapa produser sekaligus. Dirilis dalam bahasa Prancis pada Februari 2005, melalui Heben Music, label independen di bawah Sony BMG France dan Universal Music International, album berjudul Luminescence ini berhasil mencapai posisi teratas di daftar album terlaris.

Tapi lagi-lagi Anggun tak ingin berhenti di satu titik saja. Dari situlah Elevation masuk ke dalam diskografinya.

Dipilihnya elemen hip hop memang mengherankan, karena dalam suatu kesempatan Anggun menyatakan tak pernah merasa bisa berada di lingkungan itu. Toh, Anggun punya penjelasan. Dia mengatakan kesannya terhadap hip hop selama ini sebenarnya lebih didasarkan atas stereotipe, sesuatu yang berlatar ketidaktahuan, sesuatu yang tak beralasan sama sekali. Dia menepis dugaan bahwa dengan hip hop dia berniat memasuki pasar Amerika dengan produk yang tepat; Amerika sejauh ini memang belum menerimanya sebagaimana Eropa dan Asia. “Saya tak pernah memiliki American dream,” katanya.

Apa pun, empat album studio yang telah dia hasilkan--plus berbagai variasi edisinya, bergantung pada pasar mana yang hendak dibidik--sesungguhnya bisa dilihat sebagai tanda betapa dia tak berhenti bertransformasi. Dia memilih mengambil risiko, tanpa rasa takut, dengan memilih sesuatu yang berbeda dengan yang telah dilakukan sebelumnya. Baginya, kalau belum apa-apa sudah takut gagal, mustahil impian bisa tercapai.

Melihat tekad seperti itu, tak berlebihan bila penggemarnya, atau siapa pun yang berminat mengikuti perkembangan kariernya, yakin bahwa dia masih akan menghasilkan karya-karya yang selalu bebas dari batasan apa pun




Alexa

Sejarah ALEXA berawal dari pertemanan Satrio dan JMono. Satrio yang merupakan ex-gitaris Maliq n D'essentials dan JMono yang adalah session bassist dari beberapa band termasuk Parkdrive memiliki ide untuk membuat sebuah proyek musik yang mereka impikan sejak dulu.

Untuk mewujudkan rencana tersebut mereka membuat beberapa lagu yang akan menjadi dasar konsep musik yang mereka inginkan. Mengambil dasar dari musik rock yang merupakan influence mereka di awal karir musiknya, mereka membuat beberapa lagu dan akhirnya bertemu dengan beberapa teman mereka yang dianggap cocok untuk mendukung musik tersebut. Rizki yang tergabung dalam Manis Sedap Songwriting Team pada posisi gitar, Fajar drummer Stepforward dan Aqi yang pernah tergabung dalam Tiket setuju untuk bergabung dalam proyek musik ini.

Setelah mereka bertemu dan membicarakan konsep musik yang mereka inginkan, mereka akhirnya memilih ALEXA sebagai nama band mereka. "Kenapa ALEXA? Karena kami sepakat untuk memiliki nama band yang biasa dijadikan nama seseorang dan terutama wanita, agar seimbang dengan kami yang cowok semua, seperti konsep yin-yang. Kebetulan dari list yang ada ALEXA adalah yang paling gampang diingat merupakan nama salah satu Dewi di Yunani. ujar Fajar.

Kemudian konsep musik yang ditawarkan oleh ALEXA adalah powerpop dengan basic mainstream rock. "Konsep musik ALEXA sebenarnya simple, kita membuat musik yang memang kita sukai, bisa kita nikmati atau setidaknya mewakilkan perasaan kita saat membuat musik tersebut." , ucap Satrio. Musik ALEXA tidak dipungkiri sangat terpengaruh oleh latar belakang masing-masing personil yang memang berbeda-beda. Satrio memang mendengarkan segala macam musik mungkin berat ke pop,soul dan Jazz seperti gue, dan Rizky juga banyak terpengaruh musik yang sama tapi dengan tambahan musik rock atau pun Aqi yang kental dengan Alternative Rock dan Fajar yang sangat menggemari Hardcore-Metal sehingga untuk spesifikasi genre kita serahkan ke masyarakat. ,sambut JMono. Penggabungan konsep musik itu menjadikan musik yang mereka inginkan dan dari segi penulisan lirik, ALEXA didominasi dari pengalaman pribadi ataupun teman-teman sekitar. Di dalam musik ALEXA terkandung lirik mengenai cinta, ketuhanan dan kehidupan. Akhirnya, setelah membuat band dengan konsep yang mereka inginkan, ALEXA berangkat menuju dunia musik dengan merekam album debut mereka dibawah naungan Soundsation dan Warner Music Indonesia. Pada 2008 ini, mereka meluncurkan album debut mereka. "Mungkin cita-cita kita juga sesimpel seperti keinginan kita bermusik , bisa bermusik dengan fun dan pastinya dapat diterima dengan baik oleh semua orang." Ujar Aqi. " Kalau bisa didengar oleh manusia Mars. ,tambah Rizki. 

Agnes Monika

Agnes Monica memulai karirnya di dunia tarik suara sejak berusia 6 tahun. Dia melahirkan tiga album anak-anak yaitu Si Meong, Yess dan Bala-bala yang sukses melejitkan namanya ke dalam deretan penyanyi anak-anak terpopuler di akhir tahun 1990an. 

Menginjak usia 15 tahun Agnes mulai terjun ke dunia akting dengan membintangi sinetron Pernikahan Dini, dimana dia juga menyanyikan lagu soundtracknya yang berjudul Pernikahan Dini dan Seputih Hati. Melalui sinetron ini, Agnes menyabet penghargaan aktris terfavorit di ajang Panasonic Awards dua tahun berturut-turut pada 2001 dan 2002. 

Pada tanggal 8 Oktober 2003, penyanyi bernama lengkap Agnes Monica Muljoto ini merilis album dewasa pertamanya yang bertajuk And The Story Goes. Di album ini dia menggandeng sederet musisi papan atas tanah air seperti Ahmad Dhani dan Melly Goeslaw. Tak heran jika dari album yang terjual lebih dari 300.000 kopi ini dia memborong beberapa penghargaan, antara lain 3 piala AMI Awards 2004, yaitu sebagai "Artis Pop Solo Wanita Terbaik", "Karya Produksi Dance/Tehno Terbaik" untuk lagu "Bilang Saja", serta "Duo/Group Terbaik" untuk kolaborasi Agnes dengan Ahmad Dhani di lagu "Cinta Mati". Agnes juga berhasil meraih penghargaan Anugerah Planet Muzik 2004, Singapura sebagai "Pendatang Baru Terbaik", serta MTV Indonesia Awards 2004 sebagai "Most Favorite Female". 

Dua tahun berselang, tepatnya pada tanggal 10 Desember 2005 Agnes melepas album keduanya yang diberi judul Whaddup A'..?!. Di album ini selain menggandeng sejumlah musisi Indonesia seperti Dewiq, Melly Goeslaw, Andi Rianto dan lainnya, Agnes juga mengajak penyanyi asal Amerika Serikat, Keith Martin untuk berkolaborasi. Di sini Keith Martin menciptakan 2 buah lagu berbahasa Inggris untuk Agnes dan juga berduet dalam lagu "I'll Light A Candle". Album ini melejitkan beberapa hits singel seperti "Bukan Milikmu Lagi", "Tanpa Kekasihku", "Tak Ada Logika" dan "Cinta Di Ujung Jalan".

Album kedua penyanyi kelahiran 1 Juli 1986 ini juga sukses dan melahirkan banyak penghargaan untuknya. Selain tiga 3 piala dari AMI Awards untuk "Artis Pop Solo Wanita Terbaik", "Produksi R&B Terbaik" untuk lagu "Bukan Milikmu Lagi" serta "Desain Sampul Album Terbaik". Agnes juga mendapatkan SCTV Music Awards untuk "Album Pop Solo Terbaik" serta penghargaan VMI Indonesia untuk "Video Klip Terfavorit" dan "Aktris Terbaik" pada video klip "Tanpa Kekasihku". Agnes juga kembali meraih penghargaan MTV Indonesia Awards 2006 sebagai "Most Favorite Female". Agnes juga mendapat penghargaan dari Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta lagu dan Penata Musik Rekaman Indonesia (PAPPRI) sebagai "Artis Fenomenal Generasi Baru Musik Indonesia".

Pada tahun 2008, Agnes merilis singel Matahariku yang menjadi soundtrack sebuah sinetron. Lagu yang ring back tone-nya didownload sebanyak 1,5 juta kali ini mengantarkannya meraih penghargaan "Most Favorite Female" MTV Indonesia Awards 2008. Lagu ini plus singel Godai Aku Lagi juga dirilis dalam sebuah mini album edisi terbatas bertajuk NEZ pada bulan September 2008.

Pada tanggal 1 April 2009, Agnes merilis album ketiganya bertajuk Sacredly Agnezious dengan hits singel Teruskanlah ciptaan pasangan musisi Pay dan Dewiq.




After

Band jebolan Jakarta ini pertama kali muncul di kompilasi Gulalikustik bareng Kerispatih, Gemala, dan Plus Minus lewat sebuah lagu berjudul “Seperti”. Apa yang coba dikemas dan ditawarkan oleh vokalis Rizal dan Malia, bassis Gaffy, gitaris Rifqi, serta drummer Firman adalah menggali musikalitas pop tanah air dengan bahasa dan roots yang diyakini menjadi pondasi musikal After. Sebuah album pop berbobot yang ditampilkan dengan sentuhan maksimal yang membuat nyaman pendengarnya


Afgan

Afgan yang lahir di Jakarta tanggal 27 Mei 1989 ini dibesarkan di tengah keluarga yang menggemari musik. Sejak bangku sekolah dia sudah sering diminta menyanyi meskipun hal itu sering ditolaknya karena malu. 

Langkahnya di dunia musik berawal ketika dia menyanyi dan merekam suaranya untuk koleksi pribadi di WannaB Instant Recording Studio. Produser dari WannaB production rupanya mencium bakat besar dari pria berkacamata ini dan kemudian menawarinya untuk rekaman. Awalnya dia sempat ragu, namun akhirnya dia menerima tawaran itu dan langsung masuk dapur rekaman. Sejumlah musisi ternama pun turut membantu penggarapan albumnya, antara lain Fajar LMN, Harry Budiman (produser Tangga), Deddy Dhukun, dan Dian Pramana Putra, dan Bebi Romeo.

Tanggal 25 Januari 2008, album perdananya yang diberi judul Confession No. 1 dirilis. Album bernuansa pop, soul, R&B, dan jazz ini dalam sekejap mampu melejitkan nama Afgan. Lagu-lagunya seperti Terima Kasih Cinta, Sadis, Klise dan Tanpa Batas Waktu mampu mencuri perhatian para penikmat musik, terutama kaum hawa. Berkat album ini, Afgan mampu menyabet penghargaan Most Favorite Male dan Artist Of The Year dalam MTV Indonesia Award.

Album keduanya rencananya akan dirilis pada pertengahan tahun 2009 ini. Dia juga sudah merilis sebuah singel yang berjudul Bukan Cinta Biasa yang juga menjadi soundtrack film berjudul sama.



Ada Band

Ada Band terbentuk pada tahun 1996, dengan anggota Ibrahim Imran (Baim) pada gitar & vokal, Iso Eddy H (Iso) pada keyboard & backing vocal, Elif Ritonga (E'el) pada drum, dan Khrisna Balagita (Khrisna) pada keyboard/piano. Pada tahun 1997, ADA Band merilis album pertama dengan judul "Seharusnya". Lagu "Seharusnya" menjadi andalan dalam album perdana mereka.

Mereka merilis album kedua, setelah vakum selama 2,5 tahun, berjudul "PerADAban 2000" di bulan Juli 1999. Lagu di album ini antara lain lagu “Oughh...!!!”, “Bilakah?”, dan “Tinggalkanlah Cinta”. Setelah album kedua, Iso dan E'el hengkang dari ADA Band.

Rama Yaya Muktio kemudian bergabung sebagai drumer menggantikan E'el. Mereka merilis album ketiga di bulan Maret 2001 berjudul "Tiara". Lagu yang terdapat dalam album ini antara lain “Tiara”, “1000 Bayang”, “Salahkah?”, dan “Belenggu & Cinta”. Bulan Desember 2001, Baim menyusul Iso dan E'el hengkang dari ADA Band.

Setelah dua tahun vakum, awal tahun 2003, ADA Band kembali menggebrak dengan formasi Khrisna Balagita pada keyboard/piano, Dika Satjadibrata pada bass & backing vocal, Rama Yaya Muktio pada drum, Marshall Suryarachman pada gitar, Donnie Sibarani pada vokal. Dengan formasi ini, ADA Band merilis album "Metamorphosis", dengan lagu unggulan antara lain “Masih (Sahabatku Kekasihku)”, “Seberkas Kisah Lalu”, & “Manja”. ADA Band juga mendapat pengakuan atas kebangkitan mereka dengan muncul diberbagai ajang penghargaan musik, di antaranya dinominasikan dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2003 (dalam 4 kategori) sampai dengan Clear Top 10 Awards 2003 (dalam 3 kategori). Selain formasi baru, album ini juga berada di bawah label yang baru yaitu EMI Music Indonesia.

Untuk penutup tahun 2003, ADA Band mengumpulkan semua album ADA Band yang lama dalam sebuah album bertajuk The Best Of ADA Band – Discography. Album ini berisikan lagu-lagu yang membawa ADA Band menjadi terkenal seperti saat ini.12 (dua belas) lagu menghiasi album ini, termasuk 2 (dua) lagu romantis khas ADA Band.

Awal 2004, Rama terkena musibah, mobilnya menabrak dan dirinya luka parah. Kondisi tubuhnya yang tidak memungkinkan, akhirnya membuat Rama juga harus hengkang dari ADA Band. Sepeninggal Rama, ADA Band terpaksa berjalan walau hanya dengan 4 personel. Dibantu beberapa Additional Musicians, pada 2004 ADA Band merilis "Heaven of Love", dan "Romantic Rhapsody" pada awal 2006, serta "Cinema Story" pada pertengahan 2007.

Dalam album "Heaven of Love" terdapat 12 lagu baru. Donny berduet dengan Gita Gutawa, putri musisi Erwin Gutawa dalam lagu "Yang Terbaik Bagimu". Sedangkan lagu "Manusia Bodoh" terpilih menjadi single pertama album ini. Video klip "Manusia Bodoh" telah digarap dengan apik oleh Eugine Panji dibawah bendera Human Plus Production. Heaven of Love berhasil mencatat angka penjualan lebih dari 300 ribu kopi dalam waktu lima bulan. Dan mereka berhasil mendapat penghargaan double platinum. Enam bulan kemudian, mereka mendapat penghargaan Quadruple Award atau penghargaan karena mendapat 4x Paltinum (di Indonesia, setiap 150 ribu kaset yang terjual akan mendapat platinum). ADA Band mendapat penghargaan tersebut karena berhasil meraih penjualan 600 ribu kopi.

Album "Romantic Rhapsody" berisi 12 lagu yang masih bertemakan cinta. Album ini didukung penuh oleh PT. Softex Indonesia bekerja sama promosi dengan EMI Music Indonesia. Single “Karena Wanita (Ingin Dimengerti)” menampilkan 3 dari belia Disa Oriana, Sabrina Salsabilah dan Kartika Indah Pelapory, para bintang muda film D’Girlz Begins garapan Tengku Firmansyah. Single “Jalan Cahaya” featuring Ubiet bernuansa religius namun tetap menampilkan beat cantik ala ADA Band.

Di album "Cinema Story", Ada Band menyuguhkan 12 lagu, 6 di antaranya merupakan lagu terbaru mereka yang dibuat berdasarkan skrip skenario dari film terbaru Multivision Pictures (MVP) yang berjudul “Selamanya”. Lagu 'Nyawa Hidupku' dan 'Akal Sehat' dijadikan single andalan mereka di album ini.

Album terbaru Ada Band di tahun 2008 ini berjudul "Harmonius". Berisi 11 lagu baru dengan hits single "Baiknya". Tapi setelah peluncuran album terbaru ini, lagi-lagi Ada Band harus kehilangan satu personil lagi yaitu Khrisna Balagita yang membentuk band baru bernama De Spectrum




AB TREE

ABThree beranggotakan tiga wanita yang pernah menjuarai ajang Asia Bagus, sebuah festival musik junior internasional Asia yang diikuti peserta dari Indonesia, Malaysia, Jepang, Singapura, Taiwan, Korea dan Thailand.

Trio bentukan musisi Younky Soewarno ini awalnya beranggotakan Widi Mulia (Widi), Riafinda Ifani Sari (Nola), dan Lusy Rahmawati (Lusy). Namun pada tahun 2001 Lusy mengundurkan diri dan posisinya digantikan Cynthia.............